oleh-oleh khas pulau bawean tikar cantik

Bawean - Salah satu peninggalan budaya berpuluh-puluh tahun di Pulau Bawean berupa anyaman tikar ini jadi penghasilan andalan. Hasil dari anyaman para perempuan ini digunakan memenuhi kebutuhan keluarga.

Anyaman tikar cantik ini bukan anyaman biasa. Anyaman ini berasal dari alam berupa daun pandan yang tumbuh liar di hutan sekitar pemukiman. Mencarinya pun tidak sembarangan. Butuh keahlian khusus.

Pencari daun pandan ini para pria yang sudah ahli mengatasi duri yang menjuntai di daun. Jika tak hati-hati, maka duri itu akan melukai kulit. Bila para pria berhasil membawa daun pandan ke rumah, sang wanita langsung mengolah daun pandan tahap demi tahap.

Baca Juga Nih Artikel Menarik lainnya 



Menurut Sumiati (49) warga bawean, menganyam dengan daun pandan tak terlalu sulit. "Ini sih sudah biasa, tapi sayangnya sekarang pengrajin sudah hampir tidak ada, jadi susah mencari tikar semacam ini," kata Sumiati di lokasi, Kamis (5/7/2012).

Dia mengaku membuat anyaman tikar ini tahap pertama, daun pandan dibersihkan, kemudian direbus untuk membuat tekstur lebih lentur. Selain itu pemberian warna dilakukan dengan unsur alam.

Salah satunya warna merah dari daun jati yang dikeringkan dan direbus kembali untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Bahan yang diproses kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu daun pandan sudah menjadi bahan utama membuat tikar.

"Proses anyaman ini benar-benar membutuhkan kejelian dan ketelitian yang liar biasa. Setiap helai daun pandan hanya selebar setengah cm saja. Menganyam pun tidak sembarangan. Dibutuhkan keahlian agar pola yang dibuat mampu menghasilkan berbagai macam gambar," tambahnya.

Untuk model anyaman berbentuk sajadah, dihargai Rp 70-90 ribu. Pembuatannya pun dibutuhkan waktu selama 2 minggu. Sedangkan untuk model lain disesuaikan dengan kebutuhan.

Namun sayang, tuntutan zaman membuat pengrajin anyaman tinggal segelintir saja. Banyak anak muda menganggap pekerjaan ini sangat membosankan. Belum lagi banyak warga Bawean yang memilih mengais rezeki di negeri seberang, membuat sedikit pewaris seni anyaman tikar. Beruntung Desa Gunungteguh Kecamatan Sangkapura masih mempunyai penganyam tikar, meski kurang dari 10 orang. (fat/fat)

0 Responses

Posting Komentar

abcs